PUSTAKAWAN CERDAS MENCERDASKAN GENERASI
Kamis, 03 Desember 2015
Senin, 09 November 2015
KOMPETENSI PUSTAKAWAN DAN KEPUASAN PEMUSTAKA
I.
PENDAHULUAN
Pada
abad informasi sekarang ini, kehidupan manusia ditandai dengan perkembangan
dan persebaran informasi yang sangat
cepat, tepat dan akurat. Salah satu tugas pokok dan fungsi perpustakaan adalah
memberikan layanan informasi kepada pemustaka. Perpustakaan mempunyai peran, tugas dan fungsi menghimpun,
mengelola, mengemas, menyajikan dan memberdayakan informasi, menempati posisi
yang sangat setrategis. Perpustakaan
harus memiliki kemampuan (ability), kemauan
(willingness) dan semangat (Spirit) dalam menjalankan fungsi perpustakaan yang sesungguhnya. Dan untuk menjadi sebuah perpustakaan ideal
dibutuhkah pustakawan kompeten yang
mampu memanajemen dan mengolah informasi dan menyajikanya kepada pemustaka.
Pada intinya seorang pustakawan dalam
memberikan layanan kepada pemustaka
harus kompeten, baik kompeten secara professional maupun kompeten secara
personal . jika sebuah perpustakaan mempunyai pustakawan yang kompeten dalam memberikan pelayanan kepada pemustaka
maka kepuasan pemustaka akan memberikan nilai kebanggaan tersendiri bagi
pustakawan.
Pustakawan harus memiliki kompetensi
professional dan kompetensi personal.
Ayat 2. Kompetensi profesional sebagaimana di sebut dalam ayat 1
mencakup aspek pengetahuan (Knowledge
science), Keahlian (soft skill)
dan sikap kerja (attitude). Ayat 3.
Kompetensi personal sebagaimana yang di
maksud pada ayat 1 menyangkut aspek kepribadian dan interaksi social[1].
Peraturan pemerintah ini dibuat agar profesi pustakawan dihargai sebagai
profesi yang patut di perhitungakan dalam dunia perpustakaan. Pemerintah menuntut bahwa seorang pustakawan
harus kompeten secara professional dan
kompeten secara personal, hal ini mempunyai artian bahwa seorang pustakawan yang
kompeten itu harus memiliki pengetahuan yang luas, keahlian kushus di bidang
perpustakaan dan sikap / prilaku yang baik ditunjang dengan kepribadian dan
interaksi sosial yang bagus akan menjadi modal dalam memberikan pelayanan
kepada pemustaka, dan pemustaka mendapatkan kepuasan dalam mempeoleh informasi
yang dibutuhkan.
1.
Latar Belakang
Kompetensi pustakawan sangat penting dan
harus dimiliki oleh seorang pustakawan. Pustakawan dikatakan kompeten
apabila mereka dapat melaksanakan
pekerjaannya, mempunyai keahlian yang dipersyaratkan untuk melakukan pekerjaan
yang dilakukan secara efektif dan efisien dengan tingkat keahlian yang tinggi
dalam rangka mencapai tujuan pekerjaan secara maksimal, yaitu dengan memberikan
pelayanan dan kepuasan sesuai dengan kebutuhan pemustaka.
Pada saat ini banyak perpustakaan yang tidak dikelola
oleh pustakawan. Terutama perpustakaan
sekolah baik itu perpustakaan SD SMP maupun SMA, bahkan perguruan tinggi dan
perpustakaan daerah. pada saat sekarang ini mungkin sedang mengalami
perkembangan kearah yang lebih baik
2.
Rumusan Masalah
1. Masih banyak pustakawan yang tidak peduli dengan
kebutuhan informasi pemustaka.
2. Masih banyak pustakawan yang tidak memberikan informasi
yang memuaskan pemustaka.
3.
Tujuan
1. Ingin meningkatkan kompetensi personal pustakawan di
dalam melayani pemustaka.
2. Ingin meningkatkan kualitas layanan perpustakaan untuk
mencapai kepuasan pemustaka.
II. PEMBAHASAN
Kajian
Pustaka
A. Kompetensi
Profesional
Peran pustakawan yang kompeten tidak boleh dipandang
sebelah mata, tanggung jawab utama untuk menjadi seorang pustakawan yang
mumpuni harus memiliki tuntutan kompetensi dalam berprilaku, berinteraksi dan
berkomunikasi dan berkiprah sesuai dengan tanggung jawab profesi kita sebagai
pustakawan. Dalam memberikan layanan di perpustakaan, pustakawan harus memiliki
kompetensi professional dan kompetensi personal. Kompetensi profesional
mencakup aspek pengetahuan (Knowledge
science), Keahlian (soft skill)
dan sikap kerja (attitude). Kompetensi
personal sebagaimana itu menyangkut
aspek kepribadian dan interaksi social.
Pengertian pengetahuan (knowledge) adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstitions) dan
penerangan-penerangan yang keliru (misinformatif).[2] maafaat ilmu pengetahuan bagi
pustakawan bertujuan agar mengetahui dan
mendalami informasi yang ada dalam
segala segi kehidupan dan dapat di aplikasikan di dunia perpustakaan.
Pustakawan harus mempunyai kemampuan, pengetahuan yang lebih karena ilmu
pengetahuan selalu berkembang. Tugas pustakawan harus menyebarkan (diseminasi) ilmu pengetahuan tersebut
kepada masyarakat umum / pemustaka.
Pustakawan mempunyai peran dan tugas penting dalam
mengelola pusat informasi, atau lebih dikenal dengan perpustakaan,Keahlian ((soft
skill) pustakawan harus ditunjukkan dengan ketrmpilan khusus yang dimiliki
dalam memgelola pusat informasi/perpustakaan. Pustakawan harus mampu
mendapatkan peran yang strategis dan diakui oleh masyarakat. Pustakawan harus
di anggap sebagai agen perubahan, pembangunan, dan agen budaya dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas perpustakaan secara garis besar ada tiga,
yaitu :
a. Tugas menghimpun informasi, meliputi kegiatan mencari,
menyeleksi, mengisi perpustakaan dengan sumber informasi yang memadai/ lengkap
baik dalam arti jumlah, jenis maupun mutu yang disesuaikan dengan kebijakan
informasi, ketersediaan dana dan keinginan pemakai serta mutakhir.
b. Tugas mengelola, meliputi proses pengolahan,
penyusunan, penyimpanan, pengemasan agar tersusun rapi, mudah ditelusur kembali
(temu balik informasi) dan diakses oleh pemakai, dan merawat bahan pustaka.
Pekerjaan pengolahan mencakup pemeliharaan atau perawatan agar seluruh koleksi
perpustakaan tetap dalam kondisi bersih, utuh, dan baik. Sedangkan kegiatan
mengelola dalam pengertian merawat adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka
preservasi dan konservasi untuk menjaga nilai-nilai sejarah dan dokumentasi.
c. Tugas memberdayakan dan memberi layanan secara
optimal. Perpustakaan sebagai pusat informasi yang menyimpan berbagai ilmu
pengetahuan, memberikan layanan informasi yang ada untuk diberdayakan kepada
masyarakat pengguna, sehingga perpustakaan menjadi agen perkembangan ilmu
pengetahuan dan informasi, teknologi dan budaya masyarakat. Termasuk dalam
tugas ini adalah upaya, promosi dan publikasi serta sosialisasi agar masyarakat
pengguna mengetahui dengan jelas apa yang ada dan dapat dimanfaatkann dari
perpustakaan.[3]
Bagus
tidaknya sebuah pusat informasi tergantung
bagaimana kinerja pustakawan, apakah pustakawan mempunyai kompetensi
yang dipersyaratkan dalam pengelolaanya, loyal dan mempunyai intregritas yang
tinggi dalam mencapai visi dan misi pusat Informasi/perpustakaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Sehingga perpustakaan dapat benar benar dapat menjadi pusat
informasi yang berkualitas baik dari segi informasinya maupun pelayananya.
Sikap (attitude) / prilaku
pustakawan dalam menjalankan profesinya adalah berinteraksi dengan pemustaka.
Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak.[4]
Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan yang di atur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon
individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap itu
dinamis / tidak statis. Ada tiga komponen pendukung yaitu Kognitif, Afektif dan
prilaku[5]
1. Kognitif
Ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
1.
Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Ke 6 jenjang aspek kognitif diatas harus ada dalam diri seorang
pustakawan, berorientasi pada
kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana,
yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yan menuntut
pustakawan untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode
atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah yang ada di perpustakaan. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Apabila ke 6 aspek tersebut diterapkan oleh semua
pustakawan dalam mengelola perpustakaan, tentu saja predikat pustakawan yang
mempunyai kompetensi akan melekat dan menjadi ciri khas pustakawan yang
kompeten secara profesional. Pengetahuan yang cukup luas dimiliki oleh
pustakawan akan berbagai macam sumber informasi yang ada di perpustakaan. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) akan membuat pelayanan mencapai kondisi ideal dan dapat memberikan pemahaman (comprehension) akan informasi yang akan kita
sajikan kepada pemustaka. penerapan (application) informasi, analisis (analysis), sintesis (syntesis)n penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
2.
Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai. [6]Beberapa
pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila
seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil
belajar afektif akan tampak pada seorang pustakawan dalam berbagai tingkah laku di dalam memberikan pelayanan
di perpustakaan. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima
jenjang, yaitu:
1.
Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
2.
Responding (menanggapi) mengandung arti “
4.
Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5.
Characterization by evalue or calue comglex
(karakterisasi dengan suatu nilai atau
komplek nilai)
Memberikan layanan yang bertujuan untuk kepuasan
pemustaka di pengaruhi sikap/prilaku kita secara afektif. Menerima dan
memperlakukan pemustaka yang berkunjung
ke perpustakaan dengan baik, menanggapi keluhan dan kebutuhan pemustaka
merupakan nilai plus bagi pustakawan.
3. Psikomotorik
Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak.[7]setelah pustakawan
menerima pengalaman tentang belajar keahlian tertentu yang berguna untuk
perpustakaanya. Hasil belajar psikomotorik ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotorik adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya
lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotorik) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan
penilaian tingkah laku pustakawan
selama proses pembelajaran praktik di dalam memberikan pelayanan di perpustakaan
sedang berlangsung,
(2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada pustakawan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, darn sikap, mereka dalam memberikan layanan di perpustakaan (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai pustakawan dapat menerapkanya dalam lingkungan kerjanya di perpustakaan.
B. Kompetensi
personal
Kompetensi personal yang harus dimiliki oleh pustakawan dalam memberikan pelayanan kepada pemustaka
menyangkut aspek kepribadian dan interaksi social. Dari kedua hal tersebut
pustakawan diharapkan dapat
mengembangkan konsep pelayanan yang nyaman dan menyenangkan bagi pemustaka
ketika mengunjungi perpustakaan baik itu konsep dekorasi ruangan maupun
interakasi antara pustakawan dengan pemustaka. Pustakawan dapat belajar
bagaimana membangun komunitas memahami dan memperlakukan pemustaka. Kepribadian
dan interaksi sosial sangat penting dalam proses pelayanan di perpustakaan.
1.
Kepribadian
Kepribadian adalah cabang dari psikologi lebih dikenal
dengan psikologi kepribadian. Psikologi kepribadian penting dan dapat
dikolaborasikan di dalam pelayanan di perpustakaan. Psikologi kepribadian dapat
didefisinikan sebagai studi ilmiah yang mempelajari kekuatan-kekuatan
psikologis yang membuat masing masing individu unik.[8] Delapan aspek kepribadian, yang secara
keseluruhan membantu kita memahami inti dari kompleksitas individual dan dapat membantu kita memahami prilaku
pustakawan dalam memberikan layanan di perpustakaan.
Delapan
aspek dasar kepribadian[9]
No.
|
Perspektif
|
kekuatan penting
|
1.
|
Psikoanalisis
|
perhatian
pada pengaruh-pengaruh tidak sadar, pentingnya dobrongan seksual, bahkan
dalam bidang-bidang non seksual
|
2.
|
Neo analisis / Ego
|
Penekanan pada diri (self) yang berjuang
untuk mengatasi emosi dan dorongan di dalam diri dan tuntutan dari orang lain
dari luar diri
|
3.
|
Biologis
|
Menitikberatkan pada kecenderungan dan keterbatasan
yang berasal dari warisan genetis; bisa dengan mudah dikombinasikan dengan
sebagian besar pendekatan lain
|
4.
|
Behaviorisme
|
dapat mendorong analisis yang lebih ilmiah mengenai
pengalaman belajar yang membentuk kepribadian
|
5.
|
Kognitif
|
Melihat sifat aktif dai pikiran mnanusia,
menggunakan Pengetahuan modern dari psikologi kognitif
|
6.
|
Trait
|
Teknik pemeriksaan individual baik
|
7.
|
Humanisme
|
Menghargai hakikat spiritual seseorang, menekankan
perjuangan untuk mencapai pemenuhan diri dan harga diri
|
8.
|
Interaksionisme
|
Memahami kita adalah diri yang berbeda dalam situasi
yang berbeda diri
|
Psikologi
kepribadian berusaha memahami bagaimana dan sampai taraf apa kekuatan tidak
sadar berperan dalam perilaku manusia, psikologi kepribadian telah memberikan
dan senantiasa terus memberikan gagasan penting mengenai kompleksitas arti
menjadi seorang manusia. Pustakawan perlu sekali mempelajari delapan aspek
dasar kepribadian dalam psikologi kepribadian, dan pembelajaran ini akan
membuat pustakawan menjadi unik dan sangat menarik ketika seorang pustakawan
mampu mempelajari dan memahaminya. Kepribadian yang bagus yang dimiliki seorang
pustakawan dapat diaplikasikan dalam melayani pemustaka di perpustakaan akan
mempengaruhi pustakawan dalam
berperilaku dan memberikan layanan yang memuaskan pemustaka.
2.
Interaksi Sosial
Di sebuah
perpustakaan pekerjaan melayani
pemustaka merupakan tan sehari-hari yang di lakukan oleh pustakawan maupun
tenaga teknis perpustakaan. Interaksi sosial antara pustakawan dengan pemustaka
selalu terjadi dalam berbagai layanan yang di sediakan di perpustakaan, dari
layanan sirkulasi, layanan referensi, layanan sumber sumber informasi dan layanan-layanan yang lainya. Interaksi
sosial adalah syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial di dalam
perpustakaan.
Interaksi
sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang ubungan antara orang-orang-perorangan-antara
kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia[10]. Apabila dua orang bertemu interaksi sosial
dimulai sejak saat itu. Di dalam perpustakaan interaksi antara pustakawan dan
pemustaka terjadi, mereka saling menegur berjabat tangan, saling berbicara atau mungkin berselisih karena berbeda
pandangan dan pendapat. Aktivitas-aktifitas semacam itu merupakan interaksi
sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara,
interaksi sosial tetap terjadi, karena masing-masing orang sadar akan adanya
pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf
orang-orang yang bersangkutan.
Di
perpustakaan iteraksi sosial antara pemustaka dan pustakawan seringkali
terjadi. Dalam berinteraksi dan memberikan layanan kepada pemustaka sangat
beragam dan bervariatif. Ada pustakawan yang ramah, ada yang sabar, ada yang
humoris dan menyenangkan, tetapi ada juga pustakawan dalam berinteraksi dengan
pemustaka yang sukanya cemberut, tidak ramah, cuek dengan kebutuhan pemustaka.
Sebuah perpustakaan mempunyai tanggung jawab dan dimensi nilai-nilai yang
dijabarkan dalam keseluruhan kegiatan organisasi. Yang pada intinya bagaimana
memberikan layanan dengan sentugan sosial, sentuhan keramahan yang penuh
kehangatan dan kesejukan. Bukan suasana yang dingin atau panas yang pasif.
Bagaimana pustakawan harus menciptakan
suasana harmonis, bersahabat dan dapat dimanfaatkan oleh pemakainya utuk dapat
mengakses sebanyak banyaknya sumber informasi yang tersedia.
Adanya
interaksi sosial di di dalam sebuah organisasi perpustakaan menunjukkan bahwa
pustakawan merupakan makhluk sosial yang dapat dilihat dari kepribadian dan
interaksi sosialnya dalam memberikan layanan informasi kepada pemustaka.
Pustakawan dan pemustaka saling berinteraksi dan berhubungan antara yang satu
dengan yang lain. Pustakawan harus dapat
berinteraksi dan menempatkan diri secara proporsional dalam memberikan
bimbingan, petunjuk dan layanan kepada pemustaka. Komunikasi interpersonal yang
dibangun dengan baik dan memuaskan akan memberikan kesan yang bagus bagi
pemustaka untuk tetap menggunakan layanan perpustakaan. Interaksi sosial
merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tampa interaksi sosial tak
akan mungkin ada kehidupan bersama[11]. Dalam mengelola perpustakaan interaksi sosial antara pustakawan dan
pemustaka selalu terjadi, perpustakaan tampa pemustaka akan terasa pincang
keberadaanya dan fungsi dari perpustakaan tersebut akan terasa mubazir dan
sia-sia.
Interaksi sosial adalah merupakan
hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, kelompok
maupun atara individu dengan kelompok. Dua syarat terjadinya interaksi sosial
adalah :
1. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu :
antar individu, antarindividu dengan kelompok, antarkelompok. Selain itu,
kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.
2. Adanya komunikasi, yaitu seseorang memberi arti
perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang
tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.[12]
Dalam memberikan layanan
kepada pemustaka rasa empati dan peduli pustakawan untuk meningkatkan kualitas
layanan demi kepuasan pemustaka. Kontak sosial dan komunikasi sering terjadi di
dalam perpustakaan, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai wujud dari
interaksi social antara pustakawan dan pemustaka.
C.
Kepuasan Pemustaka
Citra sebuah perpustakaan ditentukan oleh bagaimana
pustakawan mengelola dan memberikan layanan yang mampu memuaskan pemustakanya.
Kualitas perpustakaan lebih menekankan kepada aspek kepuasan dengan fokus
utamanya yaitu keperluan dan kebutuhan pemustaka (user utility) terpenuhi. Kualitas sebuah perpustakaan itu berasal
dari pemustaka yang dilayani dalam
mengakses informasi di perpustakaan tersebut. Ada tiga aspek kunci dalam sistem
kualiatas, yaitu : tanggung jawab manajemen, sumber-sumber daya material dan personel, dan struktur system
kualitas. Dan kepuasan pelanggan hanya dapat dicapai apabila terdapat
harmonisasi dan interaksi pada ketiga aspek kunci tersebut.[13]
GAMBAR 1.ASPEK ASPEK KUNCI
SISTEM KUALITAS[14]
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |


Gambar aspek-aspek kunci sitem kualitas
Dari gambar tersebut apabila
diterapkan di perpustakaan, berarti bahwa pihak manajemen perpustakaan
bertanggung jawab menetapkan kebijakan kualitas, selain itu juga keberhasilan
implementasi kebijakan kualitas akan sangat tergantung pada komitmen manajemen.
Kriteria Kualitas Perpustakaan[15]
Kriteria Kualitas Perpustakaan
|
Penjelasan
|
Contoh
|
performance
|
Kinerja layanan yang sesuai
menjadi tujuan dasar
|
Membuat sumber informasi
yang dibutuhkan
|
Features
|
Bentuk
inti yang penting dalam memberikan layanan
|
Berbagai
bentuk layanan perpustakaan
|
Reliability
|
Konsisten
terhadap layanan yang digunakan
|
Tautan
web perpustakaan
|
Conformance
|
Layanan
yang sesuai dengan standart yang ditetapkan
|
Skema
metadata Dublin core
|
Durability
|
Keberlangsunan
layanan pada periode waktu tertentu
|
Dokumen
jadi dalam waktu 2 hari
|
Currency
|
Informasi
yang up to date
|
Catalog
online
|
serviceability
|
Tingkatan
bagaimana dapat membantu pemustaka
|
Layanan
complain
|
Aesthetics
|
Ketertarikan
secara visual
|
Kondisi
fisik perpustakaan, website
|
Usability/ accessabilitycs
|
Kegunaan/
kemudahan akses
|
Struktur
website, jam buka layanan
|
Assurance/
competence/
credibility
|
Pengetahuan
dan pengalaman yang baik yang dimiliki oleh pustakawan
|
Jawaban
yang benar
|
Courtesy/ responsiveness/ empathy
|
Kesopan-santunan,
tanggapan pustakawan, fleksibilitas dan keramahan pustakawan
|
Layanan
referensi
|
communication
|
Kejelasan
informasi maupun bahasa’jargon’ yang digunakan dalam layanan
|
Melalui
signposting di website
|
Speed
|
Kecepatan
dalam layanan perpustakaan
|
Silang
layan perpustakaan, service delivery
|
Variety of service offered
|
Pustakawan
menjaga kualitas dan memelihara kualitas di berbagai macam layanan yang
ditawarkan
|
Koleksi
yang lengkap, referensi, layanan email, in
walk-in, maupun chat form
|
Perceived quality
|
Pandangan
pemustaka terhadap layanan
|
Kepuasan
pemustaka
|
Kualitas layanan perpustakaan
merupakan kepuasan yang didapatkan oleh setiap pemustaka dari
ketelitian/ketepatan, kedalaman/kelengkapan, dan layanan dengan cara terbaik,
tepat guna/cepat dari pihak perpustakaan. Kualitas layanan perpustakaan bisa di ukur dalam berbagai aspek yang berkaitan dengan interaksi pemustaka dengan
sumberdaya perpustakaan yang dimiliki maupun dari segi layanan yang diberikan
oleh pustakawan
Dalam melayani pemustaka apabila pustakawan dapat menyediakan
layanan dengan senyum (service with
smile) tentu akan sangat menyenangkan
bagi pemustaka, alasan yang mendasar karena menyangkut kebutuhan kerja
yang dapat meningkatkan kecenderungan pemustaka, dan memberikan hasrat untuk
embali ke perpustakaan serta kepuasan bagi pemustakanya.
Layanan perpustakaan merupakan bagian yang sangat penting dan
sebagai ujung tombak untuk memenuhi kebutuhan pemustaka. dan ini harus menjadi
perhatian utama untuk mendapatkan kualitas layanan perpustakaan yang standart.
Pustakawan harus mulai belajar melayani pemustaka dengan prinsip layanan
berbasis pemustaka dan layanan unggul dengan menerapkan senyum sapa dan salam,
dan kuncinya adalan courtesy.
Courtesy
pustakawan adalah
kesopan-santunan, rasa hormat dan implementasi pelayanan yang baik yang di berikan
oleh pustakawan, ditambah dengan aspek-aspek kepribadian, misalnya gesture bahasa tubuh, sikap ramah,
komunikasi yang baik yang menyenangkan
pemustaka.
Beberapa ukuran/ parameter
dari sikap courtesy pustakawan yang
dapat dilakukan dalam melayani pemustaka
antara lain :
1. penuh perhatian attentive. Pustakawan mampu
berkonsentrasi penuh menunjukkan sikap bertindak cepat dalam melayani.mpa
pemustaka ha
2. Penuh pertolongan helpful.
Pustakawan mampu menyediakan bantuan baik dalam bentuk kemudahan maupun
pemberian informasi tampa pemustaka meminta terlebih dahulu.
3. Tenggang rasa considerate.
Pustakawan dapat menunjukkan sikap empati kepada pemustaka. memberikan
perhatian, mendengarkan dengan baik masukan, kritikan dan saran dari pemustaka
4. Sopan polite. Pustakawan
pada saat melayani pemustaka selalu bertingkah laku secara baik dan menyenangkan dengan menggunakan kata-kata
yang ramah.
5. Peduli respectfull.
Pustakawan menggnakan penggilan hormat kepada pemustakanya
Pada dasarnya kualiatas layanan perpustakaan lebih mengacu pada apa yang diberikan dan
perhatian bagaimanakah pustakawan dalam memberikan layanan kepada pemustaka.
kualitas layanan perpustakaan adalah pada upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pemustaka dan mengimbangi harapan dari pemustaka tersebut.
III.
Pembahasan
Sebuah perpustakaan yang bagus dan didukung dengan peralatan yang serbah
modern bukanlah jaminan untuk dapat memberikan kepuasan kepada pemustaka.
Sarana dan prasarana yang lengkap yang dimiliki oleh perpustakaan bukanlah
jaminan dalam memberikan kepuasan kepada
pemustaka. Butuh pengelolaan dan
dukungan pustakawan dalam memberikan layanan kepada pemustaka. Pada saat
sekarang ini dimana teknologi informasi berkembang dengan cepat, tepat dan
akurat dan hal tersebut mengakibatkan perubahan system layanan perpustakaan
kepada pemustaka. Layanan yang dahulunya adalah layanan yang bersifat
konvensional, hanya terautomasi saja, sekarang berubah mengarah kepada system perpustakaan digital.
Jika dilihat dari sejarah,
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dialami oleh perpustakaan
diawali dengan perpustakaan konvensional, yaitu perpustakaan yang hanya terdiri
dari kumpulan koleksi bentuk cetak dan katalog manual, dimana kegiatan
perpustakaan masih dilakukan secara
manual. Seiiring dengan perkembangan teknologi pada tahun 1990-an muncul lah
perpustakaan konvensional terautomasi, yaitu perpustakaan mempunyai koleksi
dalam bentuk cetak dengan layanan terautomasi dengan pelayanan menggunakan
teknologi informasi computer untuk melayani dan mengelola perpustakaan.
pekerjaan pustakawan dalam mengelola bahan pustaka menggunakan computer membuat
pekerjaan teroutomasi, sehingga fungsinya tidak hanya untuk menyimpan data saja
tetapi juga untuk mengolah dan memudahkan kembali penemuan informasi.
Pada tahab perkembangan
perpustakaan selanjutnya muncul
perpustakaan hybrid, yaitu
perpustakaan yang memiliki koleksi dalam
bentuk cetak maupun format digital. Dan membuat image baru terhadap dunia perpustakaan menjadi lebih baik dan maju.
Karena dengan adanya perubahan ini informasi dapat dimanfaatkan menggunakan
media elektronik yang dapat di akses secara internet maupun intranet. Dan
perpustakaan dapat tampil lebih maju dan lebih modern. Dan citra perpustakaan
menjadi lebih bagus.
Sedangkan
perkembangan teknologi pada saat sekarang ini ditandai dengan munculnya istilah
e-library (electronic library) yang pemanfaatanya lebih
menggunakan teknologi internet didalam menyimpan dan menyebarluaskan informasi
yang dimiliki oleh perpustakaan sehingga dapat dengan mudah diakses masyarakat luas secara global.
Perubahan teknoologi informasi yang begitu cepat tentu saja harus diimbangi
oleh kemampuan para pengelola perpustakaan, yang dlam hal ini pustakawan.
Pustakawan harus memberikan pelayanan prima kepada pustakawan. Dan untuk
memenuihi harapan dan keinginan tersebut pustakawan di tutut mempunyai
kompetensi professional dan juga kompetensi personal, sehingga mereka dapat
beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang terjadi. Perkembangan
teknologi tidak hanya menuntut kompetensi pustakawan saja, namun juga mengubah prilaku para pemustaka
dalam memperoleh informasi. Pemustaka yang dihadapi saat inimayoritas generasi
internet, yaitu suatu generasi jaman baru internet yang ingin dilayani serba
cepat, mudah dan akurat.
Dengan melihat keadaan pemustaka yang seperti di atas, mau tidak mau
pustakawan harus mengikuti perkembangan yang terjadi. Pustakawan harus
mempunyai Kompetensi profesional yang mencakup aspek pengetahuan (Knowledge science), Keahlian (soft skill) dan sikap kerja (attitude) dan juga kompetensi personal yang
harus dimiliki oleh pustakawan dalam
memberikan pelayanan kepada pemustaka, yaitu menyangkut aspek kepribadian dan
interaksi social dengan pemustaka. Sudah waktunya pustakwan mengikuti
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sedang berkembang dan
terus berkembang, apalagi munculnya media elektronik seperti internet dan
suber-sumber informasi baru yang menyediakan berbagai macam informasi yang
dapat diakses denan cepat dan mudah.
Pustakawan harus mempersiapkan diri dalam menghadapi
perubahan yang terjadi, mereka dituntut untuk meningkatkan kompetensi
professional dan personal untuk memberikan kepuasan layanan kepada pemustaka.
Pustakawan dapat dikatakan kompeten apabila mempunyai kemampuan kerja yang
ditunjang oleh pengetahuan, baik pengetahuan teknis maupun manajerial, terampil
dalam mengerjakan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Sedangkan dari aspek
personal pustakawan dituntut untuk berprilaku yang baik, menyenangkan, dan
berkepribadian yang baik dalam meberikan pelayanan excellent kepada pemustaka.
Kompetensi sangat erat kaitanya dengan
profesionalisme, oleh karena itu seorang pustakawan dikatakan professional
apabila dia memiliki kompetensi professional dan kompetensi personal di dalam
menjalankan pekerjaanya sehari-hari di perpustakaan. didalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari di perpustakaan pustakawan harus mempunyai keahlian, rasa
tanggung jawab, pengabdian dan loyalitas yang tinggi terhadap perpustakaan.
sehimgga pekerjaan yang dihasilkan tidak dapat dilakukan oleh tenaga non
pustakawan. Hal ini akan memberikan dampak yang sangat bagus dan memberikan
hasil yang lebih bermutu dan memberikan nilai kepuasan yang lebih kepada
pemustaka.
Pengembangan diri seorang pustakawan sangatlah penting
untuk menjadi seorang pustakawan yang kompeten dan mampu memberikan pelayanan
dan kepuasan kepada pemustaka. Dan tentu saja pengembangan diri seoarang
pustakawan harus dimotivasi dari diri sendiri dan tentunya juga harus
mendapatkan support dan dukungan dari pimpinan / lembaga tempat dia bekerja dan
mengabdikan dirinya. Dan untuk meningkatkan kompetensi pustakwan dalam
memberika kepuasan kepada pemustaka, perlu diadakan upaya-upaya berikut.
Kompetensi Profesional dapat
diperoleh dengan cara sebagai berikut :
1. Pelatihan / kursus di bidang teknologi: pelatihan di
bidang ini mempunyai maksud menjadikan
pustakawan terlatih untuk menggunakan peralatan dan software untuk mendukung
peningkatan pelayanan ekcelent dan juga meningkatka citra perpustakaan. dengan
demikian pustakawan dapat memiliki ketrampilan dan keahlian dalam
mengoperasikan peralatan teknologi yang selalu berkembang.
2. Pelatihan di bidang ilmu manajemen untuk menumbuhkan
jiwa enterprenurship. Seorang kepala perpustakaan
di dalam memanajemen perpustakaan diperlukan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian
didalam upaya pencapaian tujuan perpustakaan
3. Melakukan study banding ke perpustakaan yang lebih
maju sangat lah diperlukan, dengan demikina pustakawan akan mempunyai wawasan
yang lebih luas untuk dapat berinspirasi mengembangkan perpustakaan yang
dikelolanya.
4. Mengirim pustakawan dalam acara seminar, workshop,
lokakarya. Mengikutsertakan pustakawan dalam berbagi pertemuan atau kegiatan
dapat memperluas wawasan pengetahuan pustakawan
5. Aktif didalam organisasi profesi
Kompetensi personal dapat
diperoleh dengan cara sebagai berikut :
Pengembangan Soft skill dan
jenisnya :
1. Self awareness (kesadaran diri) berupa kesadaran diri
individu dalam mengetahui kemampuan yang dimilikinya, untuk mengetahui apa yang
mendorong, memotivasi, mempermalukan, menggagalkan, menginspirasi diri.
Kesadaran diri adalah keadaan diman seseorang bisa memahami dirinya sendiri
dengan setepat tepatnya. Dia akan mampu memahami emosi dan mood yang sedang dirasakan. Kesadaran diri merupakan hal pertama
dan utama untuk menjadi seseorang yang bersikap proaktif, dan segala pikiran
dan tindakan akan difokuskan mencapai tujuan hidup dibanding hanya menghabiskan
waktu berharga. Dan kesadaran diri ini mempunyai manfaat :
a) Memahami diri kita dalam berhubungan dengan orang
lain.
b) Mengembangkan dan mengimplementasika kemampuan diri
c) Menetapkan pilihan hidiup dan karir yang akan dicapai
d) Mengembangkan hubungan kerja dengan orang lain
e) Memahami nilai diversity
f) Meningkatkan produktifitas
g) Meningkatkan kemampuan peran dalam organisasi,
lingkungan dan keluarga.
Hal yang paling penting untuk
dapat memahami diri sendiri adalah dengan mengenali kekuatan dan kelemahan
diri, prilaku diri, pola pikir, dan nilai atau prinsip diri,Keempat hal tersebut
di atas tidak dapat berdiri sendiri karena keempatnya merupakan sub-sub
intrapersonal skill yang saling mempengaruhi[16].
2. Emotion management (manajemen emosi) yaitu kemampuan
individu dalam mengendalikan emosi yang tak terduga, seperti marah dan frustasi
sehingga dapat berfikir jernih dan optimal. Emosi muncul dari alam bawah sadar
kita yang tersetimulasi karena lingkungan di sekitar badan. Misalkan melihat
seseorang yang pernah menyakiti kita, secara emosional maka akam muncul
perasaan marah, tidak suka dll.
3. Self confidence (kepercayaan diri), yaitu kemampuan
individu mengenali diri untuk memahami kemampuan diri sendiri.
4. Strees management (manajemen strees) yaitu kemampuan
individu untuk memahami dirinya bagwa ia mampu untuk bersikap tenang dan
seimbang dalam situasi yang luar biasa
5. Resilience (ketahanan) yaitu kemampuan individu yang
dapat bertahan karena berbagai tantangan, dan mampu segera bangkit dari
keterpurukan.
6. Skill to forgive and forget (kemampuan memaafkan)
yaitu kemampuan untuk memaafkan kesalahan yang terjadi dan menganggapnya
sebagai sesuatu yang bermakna. Bukan menyesali dan membenci.
7. Persistence and perserevence (kegigihan dan ketekunan)
yaitu keinginan yang muncul dari keinginan dalam mengatasi situasi yang
menantang dan memaksimalkan energy untuk terus berusaha untuk berhasil, bukan
menyerah untuk kalah.
8. Patience (kesabaran) yaitu keinginan untuk menunda
sejenak keinginan yang menggebu dalam situasi yang tergesa-gesa
Soft skill yang perlu dikuasai untuk menjadi pustakawan
yang kompeten secara professional dan personal adalah :
1. Listening Skill : kemampuan mendengarkan, sebagai
seorang pustakawan harus memiliki kemampuan mendengarkan, dalam pengertianya
sanggup menghargai pendapat orang lain, mendengarkan ide-ide orang lain,
menerima kritik dan saran pemustaka. Manfaat mendengarkan lawan bicara dalam
proses komunikasi diantaranya : a) orang lain akan merasa diperhatikan,
b)mendorong orang lain untuk berbicara dengan ide/gagasanya, c)membangun
hubungan baik,d)mendengarkan dapat memberi kelegaan bagi si pembicara saat
menghadapi masalah[17].
2. Communication skill;kemampuan berkomunikasi.
Terjadinya interaksi antara satu dengan yang lainya dengan proses pengiriman
pesan dan pegirim kepada penerima. Komunikasi di dunia kerja memerlukan
komunikasi afektif sebagai upaya untuk membangun hubungan yang harmonis, hangat
dan baik di lingkungan kerja, baik dengan atasan, mitra/rekan kerja, bawahan
ataupun dengan pemustaka.ketidakmampuan membangun komunikasi berakibat kepada
kerugian bagi diri sendiri maupun lembaga.
3. Public Relation: kemampuan membagun relasi. Sebagai
makhluk sosial yang saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain.
Menjalin hubungan dengan orang lain bagi pustakawan sangat penting. Pustakawan
dengan pemustaka, dengan organisasi profesi pustakawan dan dengan masyarakat
sekitar.
4. Membangun kerjasama antar perpustakaan dalam era
teknologi sat ini sangatlah penting bagi pustakawan maupun perpustakaanya, dan
ini sudah menjadi sebuah kebutuhan. Dengan bekerjasama dengan perpustakaan yang
lain, kendala-kendala yang menjadi masalah di perpustakaan dapat diatasi, dan
informasi yang dibutuhkan pemustaka dapat
diarahkan ke perpustakaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan
informasi pemustaka.
5. Ikut pelatihan
pengembangan kepribadian. Pustakawan dapa mengikuti kursus, pelatihan atau
seminar tentang pengembangan kepribadian untuk dapat berprilaku yang bagus
didalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan pemustaka
6. Empati kepada pemustaka
7. Kesopan-santunan, tanggapan pustakawan, fleksibilitas
dan keramahan pustakawan sangat penting untuk dilakukan dalam memberikan
pelayanan kepada pemustaka, sehingga nilai kepuasan terhadap informasi dan
pelayanan perpustakaan dapat di peroleh pemustaka
IV.
Kesimpulan
a. Kunci suksesnya sebuah perpustakaan dapat dilihat
dari kualitas layananya, dan ukuran yang sesungguhnya dengan melihat
hasil akhir pada kepuasan pemustaka dalam mengakses informasi yang sesuai
dengan kebutuhanya Users satisfaction.
Karena jasa layanan yang paling utama adalah kepuasan pemustakanya.
b. meningkatkan kompetensi professional dan personal pustakawan di dalam melayani
pemustaka sangat berpengaruh terhadap kualitas perpustakaan dalam usaha untuk
memberi kepuasan kepada pemustaka.
c. peningkatkan
kualitas layanan perpustakaan sangatlah penting guna mencapai kepuasan
pemustaka.hal itu dipengaruhi oleh kompetensi professional dan personal
pustakawan. Jadi dalam sebuah perpustakaan sangatlah dibutuhkan pustakawan yang
kompeten dalam mengelola sumber informasi dan menyajikanya bagi pemustaka.
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, Endang. Mata baru penelitian
perpustakaan: dari servqualke libqual+TM.Jakarta:
Sagung Seto, .2013
Friedman, Howards S. dan schuctack, Miriam W. Kepribadian:Teori
klasik dan Riset Modern. Jilid
1. Ed. 3. Jakarta:Erlangga,2006
Indonesia.2014.peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
24 TentangPerpustakaan Pasal
34, Jakarta, Gramedia. 2014
Soekanto, soerjono.Sosiologi:Suatu Pengantar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada,2007.
Purwanto, Heri. Pengantar Perilaku Manusia:Untuk
Keperawatan. Jakarta. EGC,1998.
Saleh, Abdul Rahman dan Sujana, Janti G. Pengantar
Kepustakaan.Jakarta:Sagung Seto, 2009
Supriyanto….[et al], Aksentuisi Perpustakaan Dan
Pustakawan. Jakarta:IPI bekerjasama
dengan Sagung Seto,2006.
Suwarno, Wiji . Psikologi Perpustakaan. Jakarta : Sagung Seto,2009
Sutarno N.S. ManajemenPerpustakaan:suatu pendekatan
praktik. Jakarta: Sagung Seto.2006.
Widayatun, Tri Rusmi, Ilmu Prilaku Manusia: Untuk
Tenaga Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto, 2006
[1]
Peraturan pemerintah No 24 tahun 2014 pasal 34 ayat 1,2
dan 3
[2]
Soekanto, soerjono.Sosiologi:Suatu Pengantar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada,2007.hal 6
[4] Widayatun,
Tri Rusmi, Ilmu Prilaku Manusia: Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto, 2006,hal
195
[5]
Widayatun, Tri Rusmi, Ilmu Prilaku Manusia: Untuk Tenaga
Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto, 2006,hal
195
[6]
Widayatun, Tri Rusmi, Ilmu Prilaku Manusia: Untuk Tenaga
Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto, 2006,hal
196
[7]
Widayatun, Tri Rusmi, Ilmu Prilaku Manusia: Untuk Tenaga
Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto, 2006,hal
195
[8]Friedman, Howards
S. dan schuctack, Miriam W. Kepribadian:Teori klasik dan Riset Modern. Jilid 1. Ed.
3. Jakarta:Erlangga,2006. Hal 2
[9]
Friedman,
Howards S. dan schuctack, Miriam W. Kepribadian:Teori klasik dan Riset Modern. Jilid 1. Ed. 3. Jakarta:Erlangga,2006. Hal. 8
[11]
Soekanto, soerjono.Sosiologi:Suatu Pengantar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada,2007.hal. 54
[12]
Soekanto, soerjono.Sosiologi:Suatu Pengantar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada,2007. Hal. 59
[13]
Fatmawati,
Endang. Mata baru penelitian perpustakaan: dari servqualke libqual+TM.Jakarta:
Sagung Seto, .2013.hal.32
[14]
Fatmawati, Endang. Mata baru penelitian
perpustakaan: dari servqualke libqual+TM.Jakarta:
Sagung Seto, .2013. Hal. 32
[15] Fatmawati, Endang. Mata baru penelitian
perpustakaan: dari servqualke libqual+TM.Jakarta:
Sagung Seto, .2013. Hal. 35-37
[17]
sutanto, Teguh. 2006. Soft
skill:sukses di dunia kerja. Yogyakarta: Buku Pintar
Langganan:
Postingan (Atom)